Rabu, 25 Juni 2014

Menepati Janji

Saudaraku kaum Muslimin!
Jika kita menyampaikan kuliah tujuh menit jangan lupa bersyukur kepada Allah Swt dan memujinya dengan kata yang paling baik dan dirasakan dalam hati yang dalam, ajak pendengar untuk bersungguh supaya hati tidak lalai. “Segala puji bagi Allah sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Dan jangan sekali-kali jangan lupa untuk menyampaikan Semoga
shalawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya.Judul kita pada kali ini adalah “menepati janji” karena setiap hari disadari atau disadari tiap hari kita tidak luput membuat janji baik kepada Allah Swt dan janji kepada manusia. Dan jika ini dibahas tentunya memakan waktu sangat panjang dan jika ditulis maka seakan-akan tidak akan putus-putusnya. Waktu penyampaian kita hanya dalam kuliah tujuh menit inilah pokok bahasan kita.
Sumpah / janji sangat melekat dalam kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan manusia lain Setiap manusia yang telah membuat janji akan akan diminta pertanggung jawaban, baik di dunia maupun diakhirat Allah Swt berfirman, “. . . . . .
. dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Qs Al Israa’ : 34)Orang yang selalu menepati janji disebut “Al Amin”, berarti orang tersebut mempunyai sifat setia, jujur dan terpercaya. Setia terhadap janji merupakan dasar-dasar terpenting bagi pembentukan pribadi yang islami. Barangsiapa yang teguh dengan janjinya, dengan pernyataan sumpah, atau atas nama Allah, maka ia telah berjanji kepada Allah. Pengkhianatan terhadap janji merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan yang telah memberi amanah kepadanya.
Janji ada dua bagian. Yaitu janji terhadap Allah Swt dan janji terhadap manusia. Adapun janji terhadap Allah adalah melaksanakan syari’atnya serta segala janji yang diucapkan seorang Muslim kepada Tuhannya. Adapun janji terhadap manusia adalah segala keharusan yang mesti dipenuhi di antara manusia dalam setiap muamalah. Meskipun janji kepada manusia tetapi mengandung janji kepada Allah
Memegang jabatan adalah memikul beban yang berat untuk memenuhi janji / sumpah yang diucapkan karena beratnya jabatan tersebut Rasulullah saw mengingatkan dalam suatu hadits dari Abdurrahman bin Samurah r.a. dia berkata,
Rasulullah saw bersabda, “ Wahai Abdurrahman bin Samurah ! Janganlah Engkau meminta jabatan (kekuasaan). Karena jika engkau diberi jabatan karena permintaanmu, akan menjadi lebih berat (tanggung jawabmu). Jika engkau diberi jabatan tanpa engkau pinta, engkau akan dibantu (menjadi lebih ringan) tanggung jawabmu. Apabila engkau ingin bersumpah dengan suatu sumpah, lihat dulu kebaikan yang dapat diperoleh, sebaiknyalah jauihlah bersumpah, dan lakukan saja mana-mana engkau lihat lebih baik.Menepati janji di dalam tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat merupakan suatu kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan yaitu masyarakat yang adil, sejahtera lahir dan bathin. Setiap pejabat negara yang telah mengucapkan sumpah / janji dengan mengatas namakan Allah maka wajib baginya untuk menepati janji yang telah diucapkan. Point demi point sumpah yang diucapkan dengan lantang menirukan pengambil sumpah dengan meletakan Al Qur’an diatas kepala, dan disaksikan para hadirin dan pasti juga disaksikan juga oleh Allah Swt.
Tampaknya upacara pengambilan sumpah begitu sederhana tetapi mempunyai dampak yang luas. Bila para pejabat negara, para pedagang, dan seluruh lapisan masyarakat memegang janji dengan sungguh-sungguh maka sudah pastilah masyarakat akan memperoleh keadilan, kemakmuran, sejahtera lahir dan bathin. Sebaliknya, jika sumpah / janji tidak dilaksanakan maka resikonya sangat besar. Jika ada tindakan, perkataan atau perilaku yang tidak selaras atau bertentangan dengan sumpah itulah yang disebut pengkhinatan. Pengkhinatan terhadap janji akan merugikan orang banyak yang akan berakibat, rakyat yang seharusnya diayomi tetapi kenyataanya didzalimi. Rakyat yang harusnya memperoleh kemakmuran tetapi yang muncul kesengsaraan. Uang negara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi. Dan berbagai berbentuk pengkhinatan, yang muaranya kehancuran masyarakat bahkan kehancuran negara.
Hal yang tampak aneh di masa kini, pengkhianatan terhadap sumpah tampaknya menjadi biasa dengan berbagai dalih dan disamar dengan berbagai tindakan kesufian. Dzikir bersama, istighosah dilapangan dengan cucuran air mata, dengan istilah keren “tobat nasional”. Tetapi ajaran Islam telah membuat garis tegas bahwa sikap inilah yang disebut munafik. Dalam suatu hadits dari Abdullah bin Umar dan Amr bin Ash ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda, “ Ada empat hal, barangsiapa yang mempunyai keempatnya maka ia adalah orang munafik murni dan barangsiapa yang memiliki sebagian darinya maka ia memiliki bagian kemunafikan sebelum ia meninggalkannya, Yaitu (1) apabila ia dipercaya ia berkhianat, (2) jika ia berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia engkar, dan (4) jika ia bermusuhan ia berbuat curang.Begitu pentingnya kesetiaan terhadap janji dalam pembentukan masyarakat yang islami, Islam menjelaskan tentang apa yang bakal diterima oleh orang yang tidak setia terhadap janjinya. Orang-orang yang menggadaikan janjinya dengan harga murah serta lebih memilih kehidupan dunia, maka ia merugi sedangkan yang menepati janji akan beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Allah Swt berfirman, “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah: dan bagimu azab yang besar. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Qs An Nahl 94-96)Dengan demikian jelas bahwa, pribadi Muslim yang taat itu selalu menepati janji. Jika telah berjanji kepada manusia maka ia memegang teguh dan setia kepada janji itu. Manakala ia melihat kerusakan dan pertentangan, iapun dengan antusias segera memperbaiki serta mendamaikannya. Ia tak akan menarik dari suatu kesepakatan yang pernah disepakati, terlebih jika berkaitan dengan orang banyak.
Akhirnya harus disadari bahwa kita semua baik pembicara maupun pendengar semuanya telah mengikat janji dan itu harus ditunaikan dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab Semoga kita selalu mendapat tuntunan dari Allah, termasuk golongan yang menepati janji
Wallahu ‘alam bi shawwab.

Tawakkal Kepada Allah

Hampir setiap hari kita mendengar nasehat dari sahabat dan teman, bila ada orang yang mendapatkan mendapatkan musibah / bencana. Selalu dibisikan. “Ayo kuat-kuatkan iman, tawakal ya, ingat kepada Allah” Kalau nasehat ini disampaikan hati ini menjadi kuat dan sehat dan semangat timbul lagi. Nah, kali anda saya akan uraikan tentang tawakal kepada Allah dengan harapan anda perlu menyampaikan kepada isteri, anak-anak anda, teman atau jama’ah tempat anda shalat, meskipun tidak lebih dari sepuluh orang, “cukup tujuh menit, biar sediki, asal paham”
Terlebih dahulu jangan lupa sampaikan ! Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan ilmu sebagai sifat kesempurnaan yang paling tinggi. Aku bersaksi tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, yang tiada sekutu bagi Nya dan aku bersaksi Muhammad saw adalah hamba dan utusan Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Saw, juga tercurahkan kepada keluarganya, dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya.
Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Mari kita merenung sejenak peristiwa hari-hari belakangan ini, negara kita terus ditimpa dengan berbagai bencana seperti gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung, banjr, longsor, penyakit dan berbagai bencana yang susul menyusul. Bencana-bencana tersebut menimbulkan korban yang besar baik nyawa manusia serta harta benda dan berbagai duka nestapa seakan-akan tidak tersembuhkan. Satu bencana belum dapat diatasi bencana lain muncul lagi, seakan-akan tidak habis-habisnya. Jika ada manusia yang kurang iman maka disinilah peluang setan membelokan keyakinan.
Menghadapi bencana ini bagi orang beriman harus dapat mengambil sikap, di dalam Al Qur’an iman dan tawakal selalu disebutkan secara berpasangan, Allah Swt berfirman, “......kami beriman kepada-Nya dan kepadaNyalah kami bertawakkal. (Qs Al Mulk : 29). Artinya, bertawakal salah satu tanda bagi Muslim yang kuat dalam keimanannya. Dia meyakini setiap peristiwa adalah kehendak Allah dan sekaligus memenuhi hak Tuhan nya, dan berupaya mengatasi kesulitan hidupnya dan menyerahkan hasilnya sebagaimana yang dikehendaki Allah. Sebab Allah Swt lebih mengetahui kebaikan dan manfaatnya setiap peristiwa/ musibah yang ditimpakan.
Tawakal kepada Allah berdampak luas bagi kehidupan seorang Muslim. Ia akan senantiasa diliputi ketenangan, keamanan dan kelapangan. Terbebas dari dampak ke-hidupan sosial, seperti kegelisahan, ketergesaan. Alam pikirnya senantiasa tenang serta roman mukanya memancarkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan bersandar kepada Allah, ia memiliki keyakinan bahwa Dialah yang mencegah segala bencana dan mara bahaya, karena dia menjadi Wakilnya. Allah Swt berfirman : Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka dia akan mencukupinya (Qs Ath Thalaaq: 3)Kisah para nabi dapat menjadi pelajaran bagi kita bahwa dengan tawakal yang benar Allah akan menolongnya. Nabi Ibrahim ketika akan dibakar oleh kaumnya dia bertawakal kepada Allah dengan ikhlas dan menyebut Cukuplah bagi kami Allah sebaik-baik wakil, kemudian api menjadi dingin dan ia selamat. Hal demikian juga dialami oleh nabi Muhammad Saw beserta orang-orang beriman saat mereka menghadapi ancaman musuh, orang-orang musyrik dan menyebut. Cukuplah bagi kami Allah sebaik-baik wakil, Peristiwa tersebut direkam dalam Al Qur’an, Allah Swt berfirman : (Yaitu) orang-orang yang menta’ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. Maka mereka kembali dengan ni`mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai ; karunia yang besar (Qs Ali Imran 173-174)
Arti bertawakal kepada Alah yaitu senantiasa memohon pertolongan Nya atas penguatan iman untuk mendapatkan kemenangan dan kemuliaan. Dimana dia hanya menyerahkan diri serta memohon kepada Allah. Tidak memohon kepada selainnya dan hanya takut kepadaNya. Untuk pengawasan serta penjagaan dirinya, ia bersandar hanya kepada Allah Swt, sebab Dia Yang Maha Kuasa. Iapun menyandarkan keamanan serta keselamatan hanya kepada Nya. Bagaimanapun seseorang tidak akan mendapat musibah kecuali sudah ditetapkan Allah. Iapun tidak dapat menggapai suatu manfaat kecuali yang telah ditetapkanNya.
Jika seorang mukmin yang bertawakal maka ketika musibah datang dia meyakini bahwa musibah adalah bagian dari takdir yang tidak dapat ditolak dan tak dapat digapai. Rasulullah memberi tutunan tentang ketetapan Allah, beliau bersabda , “ Ingatlah Allah, maka engkau akan menemukan Dia di depanmu. Kenali Allah pada waktu suka, niscaya Dia akan mengenalimu pada waktu engkau dalam kesulitan. Dan ketahuilah bahwa sesuatu yang terlepas darimu itu tidak akan pernah mengenaimu, dan sesuatu mengenaimu tidak akan terlepas darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran dan bahwa kemudahan itu bersama kesulitan dan kerumitan bersama kelapangan.Tawakal bukan berarti diam tanpa usaha, tawakal sejati adalah jika seseorang melakukan upaya dengan penuh kesungguhan. Lantas menyerahkan semua perkaranya kepada Allah Swt. Dalam suatu kisah, seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw, dan hendak membiarkan untanya di depan pintu masjid tanpa mengikatnya, lantas bertanya, Wahai Rasulullah, apakah saya mesti mengikatnya lantas bertawakal ataukah membiarkannya dan bertawakal. Nabi Saw menjawab, “Ikatlah unta itu lantas bertawakal. (HR Tarmidzi).
Untuk keselamatan kita semua ikuti anjuran hadits ini. Dari Abu Darda, Nabi saw bersabda, ia berkata. Barangsiapa berkata setiap hari ketika memasuki waktu pagi dan waktu sore : Hasbiyallahu la ilahaa illa huwa alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsyil adzhiim. (Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki arasy yang Agung). 7 X Allah akan mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkan baik urusan dunia dan akhirat.Jika anda seorang muslim inilah sikap anda hari ini dan esok.Tawakal adalah sikap hidup muslim yang mempunyai dampak positip dalam kehidupannya sehari-hari ia tidak pernah takut dan gentar menghadap situasi apapun dan dimananpun.
Itulah anda dan saya .
Semoga Allah selalu memberi kekuatan iman untuk menghadapi segala macam tantangan kehidupan
Wallahu alam bis shawab.

Lima Ujian Keimanan

www.pidato kuliah tujuh menit.com
Saudaraku kamu Muslimin!
Setiap hari kita sering mendengar orang mengatakan “SAYA TELAH BERIMAN”, dan saya mempunyai keyakinan andapun pernah mengucapkannya. Tetapi persoalannya akan lain bila pernyataan yang diucapkan tidak sesuai dengan ciri orang beriman. Karena iman bukan sekedar kata tetapi dilanjutkan dengan tindakan nyata sesuai dengan ciri orang beriman. Oleh karena itu harus disadari bahwa pernyataan keimanan bukanlah masa sederhana karena ia pasti mendapat ujian. Kali ini “kuliah tujuh menit bagi orang awam” akan membahas “ LIMA UJIAN KEIMANAN” tidak apa kita membahas secara ringkas yang penting “biar sedikit asal faham”Pada tempatnya kita memulai dengan ucapan “Segala puji bagi Allah yang Maha mengetahui dan Maha Melihat hamba–hambaNya. Maha Suci Allah yang telah menjadikan di langit bintang-bintang, dan menjadikan pula padanya matahari dan bulan yang bersinar. Ya, Allah curahkanlah rahmat kepada nabi pembawa rahmat, hidayah dan nikmat yang melimpah. Lisannya jujur dalam menyampaikan wahyu dengan ungkapan yang paling indah. Telinganya adalah kebaikan yang menerima wahyu, lalu menyusunnya dengan isyarat yang amat lembut dan curahkan juga rahmat kepada keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya.
Berkenaan dengan ujian bagi orang beriman, Allah swt berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, (Qs Al Ankabuut : 2-3) Dengan pernyataan ini jelas bagi kita setiap orang yang menyatakan beriman pasti akan diuji. Ujian ini dalam berbagai bentuk, dan Allah Maha bijaksana memberikan ujian selaras dengan tingkat keimanan hambanya. Makin tinggi tinggi tingkat keimanan seseorang maka makin tinggi pula ujian yang akan diberikan Allah. Yang paling berat mendapat ujian dalah para nabi, Dalam sebuah hadits dijelaskan,” Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang sholeh kemudian manusia dibawahnya, lalu yang dibawahnya. Seseorang menerima cobaan selaras dengan agamanya. Jika agamanya kuat, maka ditambahkan cobaan untuknya.”Ujian bagi orang beriman sepanjang masa dan berlaku umum adan 5 hal yang pasti ada disekitar kita bahkan kita sendiri pernah mengalaminya. Rasulullah saw pernah menjelaskan: “Orang beriman berada pada lima hambatan:
1. Orang beriman yang mendengkinya,
2. Orang munafiq yang membencinya,
3. Orang kafir yang memeranginya,
4. Setan yang menyesatkannya, dan
5. Hawa nafsu yang memeranginya.” (HR. Abu Bakar bin La’al dari Anas ra).
Hadits ini menunjukan rintangan yang bakal dihadapi bila kita menyatakan telah beriman. Apabila ia berhasil dalam melewati rintangan-rintangan tersebut selamatlah ia di dunia dan akhirat. Sebaliknya apabila gagal dalam menaklukan ujian tersebut maka suramlah masa depannya baik di dunia apalagi di akhirat.
Mari kita uraikan satu persatu bentuk ujian diatas :
1. Orang beriman tapi pendengki. Rasa dengki merupakan sebuah penyakit yang dapat menjangkiti anak keturunan Adam. Baik ia orang yang beriman, apalagi orang munafiq dan kafir. Orang beriman dapat terserang penyakit dengki terhadap mukmin lainnya, biasanya dipicu oleh masalah duniawai yang sebenarnya sepele. Seperti popularitas, harga diri, kedudukan dan masalah lain yang hanya membuat hati menjadi kotor. Dalam hal ini Nabi saw bersabda: “Dua ekor serigala yang lapar dilepas di kandang kambing tidak berakibat fatal, manakala di bandingkan dengan kerakusan terhadap harta dan dengki dalam diri seorang muslim. Sesungguhnya dengki benar-benar menelan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR. Tirmidzi). Rasa dengki memang dapat muncul dalam diri meskipin dia menyatakan orang beriman. Namun, selama ia bisa mengingat kemudian ia luruskan hati tersebut, maka tidaklah akan menimbulkan mudharat bagi orang lain. Jika ia berlarut-larut memelihara perasaan negatip di dadanya, kemudian timbul rencana yang keji untuk menjatuhkan saudara mukmin yang di benci Kemudian ia membuat gambaran negatif, memfitnah, ghibah, menghalangi geraknya, dan mencaci maki. Semua itu akan berujung pada hilangnya sikap toleransi, gotong royong dan cinta terhadap sesama. Maka Nabi Muhammad saw mewanti-wanti pada umatnya: “Cukuplah kejahatan manakala seorang menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya wajib memelihara darah, kehormatan, dan hartanya.”(Hr Bukhari & Muslim)2. Orang munafik yang membencinya. Ini merupakan sunnatullah bahwa orang munafik akan senantiasa mengobarkan kebencian kepada orang yang tidak sepaham dengannya, dan mereka yang konsisten dengan ajaran agamanya. Orang yang memiliki sifat seperti ini akan selalu mengadu domba saudara muslim, hanya untuk meninggikan atau mengais keharuman di atas penderitaan orang lain. Kita dapat melihat usaha-usaha orang munafik dalam melakukan makar dan menyebarkan fitnah kepada Aisyah ra, dikalangan kaum muslimin. Semua itu bertujuan untuk menjatuhkan martabat dan merusak nama baik Rasulullah saw. Di akhir peristiwa, Allah sendiri yang menjelaskan kedustaan orang munafiq dan menerangkan bahaya makar yang dibuat oleh orang munafiq. Allah swt berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (An-Nuur: 19). Sekarang aksi mereka lebih beragam, dalam rangka memukul mundur orang beriman. Maka Nabi saw sekali-kali tidak pernah memberikan amanah kepada orang munafiq, bila hal itu berhubungan dengan hajat hidup kaum muslimin. Petunjuk diberikan Rasulullah Saw untuk mengidentifikasi apakah seseorang termasuk orang yang munafik atau tidak : “Empat perkara manakala seseorang memilikinya berati munafiq murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satunya, berati memiliki ciri-ciri munafiq sampai dia melepaskannya. Empat per-kara itu; (1) apabila berkata dusta, (2) apabila berjanji ingkar, (3) apabila mengadakan perjanjian melanggar dan (4) apabila berbantah melampaui batas.” (HR. Ahmad).3. Orang kafir yang memerangi. Orang kafir adalah mereka yang di luar Islam, sebagian besar mereka senantiasa membenci dan memerangi orang beriman. Mereka menciptakan kesan yang jelek pada Islam, sebagaiman pemuatan karikatur Nabi Muhammad saw yang berisi penghinaan dan penistaan terhadap Nabi Muhammad saw. Ini adalah sebuah bentuk kesengajaan, untuk memancing kemarahan dan menyakiti hati kaum muslimin. Bagaimana peperangan yang mereka gelar melalui perang budaya dan pemikiran (Ghazul fiker) sampai perang ekonomi dan militer (invasi). Sejarah telah mencatat ba-gaimana bentuk peperangan mereka, mulai dari masa Rasulullah saw, masa perang salib, masa Daulah Usmani (pemerintahan Islam terakhir) di Turki bahkan sampai sekarang. Kasus-kasus penghancuran sebuah pemerintahan Islam terakhir di Turki, penyerobotan tanah air bangsa Palestina, invasi ke Irak, penyerangan ke Afghanistan, Bosnia, Khasmir, Cechnya, kasus Maluku, Poso, semua adalah wujud permusuhan orang kafir terhadap orang muslim.
4. Godaan Syaitan Menyesatkan. Kita ketahui bersama bahwa syaitan adalah musuh utama yang telah menyatakan gencatan senjata pertama kali di syurga. Namun sangat disayangkan banyak dari kaum muslimin malah menjadikan syaithan menjadi patner hidup dengan meminta bantuan lewat jasa dukun, tukang ramal dll. Mereka lupa atau menutup diri dari sebuah firman Allah yang menggambarkan bentuk permusuhan mereka (Iblis): “Iblis menjawab, “Beri tangguh saya sampai waktu dibangkitkan”. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”. Iblis menjawab, Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (meng-halang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al-A’raaf: 14-16). Seorang alim berkata: Jalan Syaithan menyelinap kedalam hati manusia melalui sikap marah, keinginan (angan-angan), tergesa-gesa, dengki, bakhil, sombong, dan buruk sangka. Maka hendaknya orang beriman mewaspadainya.
5. Hawa Nafsu yang selalu memerangi. Nafsu adalah sesuatu yang cenderung mengarah kepada keburukan, kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Allah. Nafsu dalam diri adalah sesuatu yang lebih sulit untuk dikendalikan, maka sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menjaga nafsunya agar selalu berada pada arah yang diridhoi Allah. Nafsu jika tidak terkendali akan merusak iman dan bahkan dapat menghilangkan iman yang telah ada. Rasulullah saw pernah menasehati seorang pemuda untuk mengendalikan nafsunya. Sebuah hadits Abdullah bin Mas'ud r.a: diriwayatkan dari Al-qamah r.a katanya: Aku pernah berjalan-jalan di Mina bersama Abdullah r.a. yang pernah mendengar disabdakan oleh Rasulullah saw kepada kami: Wahai golongan pemuda! Barangsiapa di antara kamu yang telah mempunyai kemampuan yaitu lahir dan batin untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Sesungguhnya pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Maka barangsiapa yang tidak berkemampuan, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengawal yaitu benteng nafsu.Demikianlah 5 ujian yang hampir tiap hari menguji kita baik secara lahir dan bathin. Jika anda dapat memahami kemudian dapat melaksanakan dan jangan lupa sampaikan kepada keluarga dan teman dekat. Anda selamat, lingkungan kita selamat dan semuanya kita selamat.
Berbahagialah kita semua. Wallahu ‘alamu बीShowab